Lantas kenapa istilah bajingan kemudian bergeser menjadi sebuah kata makian? Padahal kata itu adalah merujuk sebuah profesi seseorang?
ilustrasi "Bajingan" pengendara sapi |
Namun kedatangan cikar yang disopiri oleh Bajingan ini tidak menentu, bisa siang hari, pagi hari, bahkan tengah malam. Karena ketidakpastian waktu tersebut, masyarakat yang ingin numpang gerobak sapi tersebut terpaksa jalan kaki jika terlalu lama menunggu.
Nah.. Karena itulah keluar kalimat sedikit sindiran atau umpatan seperti ini : “Bajingan suwe tenan to tekane!” (bahasa Jawa) yang artinya: “Bajingan lama sekali sih datengnya”. Dari situ Bajingan mengalami pergeseran makna menjadi kata umpatan.
Dahulu, umpatan bajingan hanya digunakan sebagai analogi atas keterlambatan sesuatu atau seseorang, misalnya “Seka ngendi bae kowe, suwe temen to kaya bajingan” yang artinya: Darimana saja kamu, lama sekali seperti bajingan.
Namun pada masa sekarang, bajingan menjadi kata umpatan yang lebih umum dan tidak merujuk pada kekesalan mengenai keterlambatan atas sesuatu.
0 Comment:
Posting Komentar