Pada tahun 2005, gembar-gembor peluncuran album terbaru GNR “Chinese Democracy” telah keras terdengar, meskipun khalayak juga tidak begitu tahu sampai di mana persiapannya. Saat itulah, buku biografi ini tidak resminya terbit dalam edisi bahasa Inggris. Empat tahun kemudian, buku karya Paul Stenning itu hadir di hadapan kita dalam bahasa Indonesia –GNR, Band yang Dilupakan Waktu.
Popularitas tiada henti
Meskipun judul buku ini mengandaikan ketenggelaman popularitas GNR, namun bagi pecinta rock, tentu tak mudah melupakan band satu ini. Dari sekelompok orang buangan yang sama sekali tidak menonjol di sekolah,
“Tidak ada satu pun di antara kami merupakan anak sekolah yang populer di sekolah—kami semua adalah orang buangan yang berkumpul dan menyatukan bakat-bakat kami.” Axl Rose 1989. (h. 112)
GNR menggebrak dunia musik pada era 80-an. Bermula dari Los Angeles (1987), hanya perlu waktu tak lebih dari 2 tahun, popularitas mereka melejit lewat album Appetite for Destruction. (h. 102). Kemudian disusul dengan album mereka berikutnya Use Your Illusion I dan II. Dan tahun 1988, satu tahun penuh, mereka habiskan untuk tur. Di saat itu pulalah mereka tidak menyadari bahwa popularitas band mereka telah melesat bahkan melampaui band apa pun yang pernah ada.
GNR memang telah berganti wajah; anggota-anggota baru keluar masuk untuk mengganti anggota lama yang terpaksa harus hengkang, meninggalkan satu-satunya anggota yang masih bertahan –Axl Rose. Meskipun demikian, orang akan sulit melupakan bahwa Slash dan Izzy adalah gitaris GNR, Duff adalah pemetik bassnya serta Steven adalah penggebuk drumnya. Bersama Axl, mereka membentuk formasi awal GNR. Formasi awal GNR akhirnya bubar, seberapapun usaha mereka untuk mempertahankan. Bagi Axl, penyebab utama adalah narkoba. Karena benda ini, lambat laun, masing-masing anggota (mungkin kecuali Axl?) makin berperilaku “berantakan” hingga merusak bisnis musik mereka. Memang, pada akhirnya, masing-masing mengaku bisa bersih kembali, namun, terlambat. Tetap saja, kini mereka bukan anggota GNR lagi, kecuali Axl.
Dalam buku ini (Band yang Dilupakan Waktu; Biografi Lengkap), Paul Stenning lebih banyak memberikan ulasannya tentang Axl-sang vokalis, sedangkan anggota lain hanya dalam kilasan. Bisa dikata, membaca buku ini nyaris sama dengan membaca Axl. Hal ini tidaklah mengherankan, karena dialah profil utama dalam band tersebut. Dalam bisnis, dia menjadi penentu utama kebijakan bisnis musik GNR. Dalam karya, dia menulis lirik paling banyak. Selain itu, sulit dibantah bahwa sentuhannyalah yang paling terasa, meskipun mungkin akan banyak bantahan ketika dikatakan bahwa musik GNR sama dengan musik Axl. Dia pula anggota yang paling lama dalam band ini. Dialah poros utama Guns N Roses.
Buku ini menggambarkan bagaimana Axl sebagai sebuah pribadi yang penuh gejolak, dan itu tertuang dalam lagu-lagunya. Lagu-lagu Axl adalah ekspresi psikologisnya: kegelisahannya, kecemasannya, kekecewaanya, harapan-harapannya, cinta dan apresiasinya. Semua itu berkaitan dengan perilaku keseharian GNR –khususnya Axl, yang tercermin dalam narkoba, seksualitas dan musik. Aspek psikologis sebagai latar belakang kausalitas yang bisa dirujuk dari kisah awal kehidupan Axl banyak dikupas. Memang, kehidupan GNR dan anggota-anggotanya bukan kehidupan yang mulus; mereka menjalani banyak hal yang mungkin akan dinilai “gila” atau “nekad” dalam standar norma umum.
Hampir dalam setiap awal bab dalam buku ini, Stenning mengutip beberapa pernyataan Axl khususnya terkait dengan kehidupan pribadi (psikologisnya).
Selain masa kecil yang tidak bahagia, Axl mendapat tekanan keras akibat publisitas media. Axl telah berusaha mengekspresikan diri lewat lagu-lagunya, penjelasan tentang dirinya dalam jumpa pers dan aksinya di panggung. Harapannya, publik akan memahaminya dengan baik. Namun, dia sering kecewa. Publik mengekspos dirinya hanya demi keuntungan mereka –menyensor, menekankan, mengekspos apa saja yang menguntungkan, bukan menjelaskan pribadi Axl. Dalam hal itu, Axl merasa dikhianati media. Akhirnya, dia merasa lebih baik menarik diri dari dunia publisitas. Stenning menyusun buku ini dalam masa “pertapaan” Axl.
Untuk menyusun buku ini, Stenning mengumpulkan informasi dari pelbagai sumber; media cetak maupun wawancara dengan para mantan anggota maupun orang-orang dekat mereka, selain album-album GNR sendiri tentunya. Sebagai seorang pecinta rock, sudut pandang Stenning tentu akan menarik, yang mungkin sangat berbeda dari sudut pandang dalam biografi versi resminya. Selain itu, buku ini juga dilengkapi dengan diskografi dan foto-foto ekslusif setiap anggota band ini serta ilustrasi cover yang sangat kental dengan nuansa Guns N’ Roses dan segala artistiknya visualnya.
Band dan Selera Musik
Tidak banyak—bahkan mungkin belum pernah ada—band yang menandingi popularitas Guns N Roses. Performa yang nyaris sempurna, totalitas yang tidak diragukan, tidak heran jika band ini masih memiliki penggemar di berbagai belahan dunia kendatipun mereka tak lagi eksis selain kenangan yang mengabadikan mereka di hati para penggemarnya. Di Indonesia funs band ini juga tidak sedikit, (salah satunya dapat di jumpai di sebuah situs Guns N Roses Indonesia Funs Cub). Begitulah band ini mengabadi di hati para penggemarnya.
Di Indonesia, musisi kita sedang diuji kredibilitasnya pada seni, dua tahun terakhir, selera musik telah berubah, yang menguasai panggung dan jagat hiburan justru mereka yang bisa dikatakan kemunculannya sangat instan. Penggarapan album bisa selesai dalam hitungan hari, bahkan jam. Lalu di gelontorkan di pasar musik Indonesia. Seolah untuk menjadi musisi, tidak lagi membutuhkan proses yang panjang, karena yang dibutuhkan bukanlah kualitas musik mereka, melainkan yang menentukan adalah apakah band penyanyi tersebut fenomenal atau tidak, gemar masuk infotainment atau tidak. Nampaknya “musisi” kita patut belajar dari beberapa musisi yang benar-benar tidak diragukan kredibilitasnya di bidang seni musik, salah satunya adalah dengan mebaca buku biografi Guns N Roses ini.
0 Comment:
Posting Komentar